Uni Soviet mulai dibentuk sejak meletusnya Revolusi Rusia pada 25 Oktober 1917.[1] Revolusi Rusia lahir sebagai reaksi kekecewaan rakyat terhadap Tsar Nicholas II yang korup. Revolusi digerakkan kaum Bolsyewik yang berhaluan marxisme di bawah pimpinan Vladimir Ilyich Lenin.
Setelah Revolusi Bolshevik tersebut, pemerintahan baru terbentuk mengembangkan filsafat sosialisme dengan transisi dan akhirnya bertahap untuk membentuk Komunisme. Negara yang diciptakan Bolshevik dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan nasional, dan bukan untuk menciptakan satu negara monolitik didasarkan pada sistem ekonomi dan politik terpusat. Tetapi negara yang dibangun di atas ideologi komunis akhirnya berubah menjadi sebuah negara totaliter, di mana kepemimpinan Komunis memiliki kontrol penuh atas negara itu.
Ketotaliteran dirasakan oleh rakyat Uni Soviet dikala kepemimpina Joseph Stalin. Dimana semasa tampil di panggung kekuasaan, Stalin sering menindas dan melenyapkan semua saingan politiknya. Tidak tanggung-tanggung, tokoh sekaliber Leon Trotsky yang berjasa dalam Revolusi Rusia dipecat dan dibunuhnya. Stalin mendirikan kamp konsentrasi GULAG sebagai tempat bagi para pembangkang kebijakan pemerintah dan juga sebagai tempat bagi orang-orang yang membahayakan kedudukannya. Dia juga mengeluarkan kebijakan deportasi kepada para etnis-etnis minoritas untuk menempati wilayah di kawasan Asia Tengah dan Siberia. Kebijakan ini dilakukan antara tahun 1936 hingga 1952, dengan jumlah kurang lebih 3 juta orang yang terkena kebijakan deportasi ini.[2]
Tidak hanya bentuk pemerintahan yang totaliter, penyelewengan atas cita-cita Marx dan Lenin yang ingin membawa rakyat kedalam bentuk kehidupan masyarakat tanpa kelas demi kesejahteraan terkubur di bawah bentuk-bentuk ketidak adilan. Adanya perbedaan upah antara kaumStakhanovis[3] (lapisan atas kelas pekerja) dan kaum buruh merupakan cerminan yang sangat menyakitkan. Dimana dalam waktu beberapa bulan telah muncul satu lapisan pekerja yang mereka sebut “orang-orang seribuan”, karena pendapatan mereka melampaui seribu rubel sebulan. Ada pula yang mendapat lebih dari dua ribu per bulan, sementara buruh dari kategori rendah seringkali hanya mendapat kurang dari seratus.[4]
Setelah kepemimpinan Stalin, Uni Soviet dipimpin oleh Kruschev yang menghentikan sistem komando administrasi-birokrasi yang berjaya pada masa Stalin. Dia juga mengeluarkan tahanan politik GULAG. Selain itu dia juga mengeluarkan kebijakan penghapusan GULAG. Banyak keberhasilan yang terjadi di masa Kruschev, antara lain pengiriman astronot pertama ke luar angkasa, keterbukaan hubungan diplomasi dengan Negara-negara di Eropa dan Asia, serta dimulainya perundingan antara Uni Soviet dan Amerika, meskipun tidak membuahkan hasil yang baik.
Kruschev mundur dari kursi kepemimpinan pada tahun 1964. Setelah itu, Uni Soviet mengalami kemunduran dan hal ini merupakan awal dari kehancurannya. Kruschev digantikan oleh Leonid Breznev, dengan perdana menteri Kosygin. Kosygin mencoba suatu sistem kebijakan ekonomi dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama ekonomi pedesaan. Akan tetapi kebijakannya tersebut berdampak sebaliknya. Pada awalnya, kebijakan ekonomi tersebut mampu meningkatkan pertumbuhan sebesar 3% antara tahun 1960-1970, akan tetapi setelah itu terjadi kemunduran yang cukup signifikan. Terjadi urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota. Sedangkan Breznev membuat kebijakan Dekruschevisasi[5] yang merupakan sebuah kebijkan yang kontra Kruschev. Dia berusaha untuk menguatkan sistem birokrasi pemerintahan.
Tahun 1985, Uni Soviet dipimpin oleh Mikhail Gorbachev. Dia berusaha membangun Uni Soviet melalui kebijakannya yaitu Glasnost dan Perestroika.[6] Konsep reformasi yang dibawa oleh Gorbachev melalui Parestroika (keterbukaan), berubah menjadi badai yang meruntuhkan pilar utama rezim diktator partai komunis. Rakyat di negara-negara bagian Uni Soviet bangkit secara serempak. Kesadaran rakyat atas hak-hak politiknya mulai muncul. Mereka merasa berhak untuk memilih pemimpin-pemimpinnya, membentuk partai politik, dan menentukan status daerahnya sendiri melalui referendum.
Sehingga dapat dikatakan bahwa keruntuhan Uni Soviet akibat dari kegagalan program Glasnot dan Parestroika. Negara-negara pecahan Uni Soviet yang sekarang ini terbentuk berkat kebijakan dari Presiden Mikhail Gorbachev yang mencuatkan Glasnot dan Parestroika. Salah satu isi dari kebijakan itu adalah negara-negara bagian boleh memisahkan diri dan menjadi negara sendiri.
Faktor lain yang menjadi penyebab keruntuhan dari Uni Soviet adalah keberhasilan dari liberalisme.[7] Seperti yang penulis ketahui bahwa Uni Soviet merupakan simbol dari sosialisme sedangkan AS adalah symbol dari liberalisme. Strategi AS untuk menghadapi Uni Soviet lewat containment policynya telah berhasil. Selain itu, negara-negara yang mengikuti bentuk liberalisme mengalami kemajuan yang pesat. Berbeda halnya dengan sistem sosialisme yang dianut oleh Uni Soviet di mana telah melahirkan keterpurukan ekonomi yang berdampak buruk bagi Uni Soviet itu sendiri. Sehingga UniSoviet pun bubar secara resmi pada 25 Desember 1991.
0 comments:
Post a Comment